Kamis, 29 Agustus 2013

Jumat, 23 Desember 2011

puisi bwat tersayang


pedih
Q hanya bisa terdiam,
Dan termenung
Saat q ingat smua knangan yg tlah qt lalui. .
Kini smua tinggal cerita indah masa lalu yang berakhir sedih di hati,,
Indah memang jika q ingat kita masih bersama. .
Tapi butiran2 air mata ini tak kunjung henti
Ceritakan smua kesedihan di hatiku. .
Saat q ingat bhwa saat itu ternyata hanya q yang mencintaimu. .
Saat q ingat cinta itu hanya miliku. .
Bukan milik qt. . Kau hanya berpura mencita
Tapi Q tlah berikan sepenuh jiwaku. .
Q kembli terdiam
Tak henti lelehan
Air mata ini menemaniq. .
Q tlah membiarkan rasa ini tumbuh
Dan berakar di hatiku. .
Hingga sulit untuk musnahkan. . .
Q slalu coba tepis angan dan asaku. ,
Tapi bayangmu slalu menyambutku
membawaku dalam kerinduanku untukmu. . .
Dan inìlah bodohnya q. .
Yg tak pernah mengerti dan mau menyadari
bahwa q sebenarnya tlah kau sakiti. .
Atau mungkin karena q terlalu cinta. .
Tp biarlah,
Q iklhaskan dan q relakan semua ini. .
Dan q kan slalu mendo’akan untuk kebahagiaanmu. . . .
Karena q menyayangimu
Meskipun q tak pernah di hatimu

Minggu, 28 Agustus 2011

Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyyah. Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam semakin intens melakukan serangkaian aktivitas keagamaan.
Berpuasa, shalat Tarawih, menggelar peringatan turunnya AI-Qur’an, mencari malam Lailatul Qadar, memperbanyak membaca AI-Qur’an, dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fithrah dan merayakan hari kemenangan, `Idul Fithri.
Kewajiban berpuasa ini dijalankan kaum muslimin setiap hari dari adzan subuh hingga datangnya maghrib, sampai ‘Idul Fithri tiba.
Pada malam 1 Syawwal dikumandangkan takbir secara serentak, tanda kemenangan kaum muslimin melawan hawa nafsu selama satu bulan penuh. Lalu keesokan harinya, umat Islam melaksanakan shalat sunnah ‘Idul Fithri.
Keutamaan Tarawih
Shalat Tarawih adalah shalat yang dikerjakan di malam hari setelah shalat Isya di bulan Ramadhan yang dapat dikerjakan secara sendiri-sendiri ataupun berjama’ah. Waktu pelaksanaannya adalah setelah pelaksanaan shalat Isya sampai sebelum terbit fajar subuh.
Shalat Tarawih hukumnya sunnah muakkadah, sunnah yang diutamakan.
Tidak hanya melakukan shalat Tarawih, pada malam-malam selama bulan Ramadhan sangat dianjurkan untuk melakukan shalat-shalat sunnah lainnya, juga melakukan segala kebaikan. Walaupun di bulan-bulan lainnya juga kita dianjurkan melakukan amal shalih, berbeda dengan bulan Ramadhan, karena selama bulan Ramadhan ini segala pahala kebaikan dilipatgandakan.
Keistimewaan tailatul Qadar
Lailatul Qadar adalah malam yang hanya ada di bulan Ramadhan. Malam itu, dikatakan dalam Al Quran pada surah Al-Qadr, lebih baik daripada seribu bulan.
Saat pasti kapan malam itu tidak diketahui, namun, menurut beberapa riwayat, malam itu jatuh pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan, tepatnya pada salah satu malam ganjil, yakni malam ke21, 23, 25, 27, atau ke 29.
Sebagian muslim berusaha tidak melewatkan malam itu dengan menjaga diri tetap terjaga pada malammalam terakhir Ramadhan sembari beribadah sepanjang malam.
Gambaran tentang keistimewaan malam itu dapat dijumpai pada surah Al-Qadr, surah ke 97, dalam Al-Qur’an, yang antara lain menerangkan bahwa pada malam itu diturunkan AI-Qur’an dan para malaikat dan Jibril turun ke dunia untuk mengatur segala urusan.
Allah Ta’ala berfirman, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. AI-Baqarah: 185).
Ibnu Katsir Rahimahullah tatkala menafsirkan ayat itu mengatakan, “(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa (yaitu bulan Ramadhan) dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya AI-Qur’an dari bulan-buIan lainnya. Sebagaimana pula pada buIan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab Ilahiyah lainnya kepada para nabi ‘alaihimus salam.”
Lalu bagaimana kita menyikapi pencarian malam Lailatul Qadar tersebut? Apakah harus menyepi ke dalam gua, atau berkhalwat di puncak-puncak gunung?
Kita lihat bagaimana Rasulullah memberikan teladan ketika mengisi bulan suci Ramadhan, yang termaktub dalam hadist berikut, “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW tatkala masuk malam kesepuluh (dari bulan Ramadhan) beliau bangun di waktu malam dan membangunkan istri beliau serta mengencangkan kainnya.” (HR Al-Bukhari, Muslim). Maksud “mengencangkan kainnya” adalah memperbanyak ibadah.
Bangunlah di kala keheningan malam, bermunajat ke hadirat Ilahi seraya meratapi dosa-dosa yang telah lalu,sambil berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan ber-i’tikaf di masjid. Insya Allah, dengan segala kerendahan hati kita meminta dan bermunajat kepada Allah, apa yang kita mohonkan dikabulkan.
Tetapi terkadang tidak sedikit di antara kita yang awam terlalu disibukkan dengan mencari-cari rahasia apa yang terkandung pada malam Lailatul Qadar, seperti sibuk mencari dan menyelicliki keberadaannya, sibuk mengamati tanda-tandanya, sehingga meninggalkan ibadah. Betapa banyak orang yang lupa membaca AI-Qur’an, dzikir, dan mencari ilmu, karena terlalu sibuk mengamati tanda-tanda Lailatul Oadar.
Menjelang matahari terbit, misalnya, terkadang kita dapati ada orang yang terlalu sibuk memperhatikan dan mengamati matahari, untuk mencari tahu apakah sinar matahari pagi itu terik ataukah tidak. Salah satu tanda Lailatul Qadar, sinar matahari tidak terik tapi tidak juga redup.
Mestinya mereka ini memperhatikan pesan Rasulullah SAW, “Semoga (dengan dirahasiakannya waktu Lailatul Qadar itu) menjadi lebih baik bagi kalian.” (HR Al-Bukhari).
Menurut para ulama, hikmah dirahasiakannya waktu Lailatul Qadar, agar manusia bersungguh-sungguh dan memperbanyak amal pada seluruh malam pada bulan Ramadhan, dengan harapan ada yang bertepatan dengan Lailatul Qadar.
Dengan tidak ditentukan kapan waktu dan tanggalnya, kita akan dituntut untuk selalu beribadah karena Allah, dan bukan hanya menjaganya di satu tanggal tertentu yang sudah kita tahu kapan malam Lailatul Qadar itu. Berbeda bila telah ditentukan kapan tanggal jatuhnya malam Lailatul Qadar, kesungguhan dalam beramal hanya akan ada pada satu malam itu. Akibatnya, kesempatan beribadah pada malam-malam lainnya akan dilewatkan begitu saja, atau setidaknya amal ibadahnya menurun.
Bahkan sebagian ulama mengambil satu faidah dari sabda Nabi SAW di atas, yaitu sebaiknya orang yang mengetahui Lailatul Qadar itu menyembunyikannya, karena Allah SWT telah menakdirkan pada nabi-Nya SAW untuk tidak memberitakannya. Dan semua kebaikan tentu ada pada sesuatu yang telah ditaqdirkan bagi Nabi SAW, sehingga kita disunnahkan untuk mengikutinya.
Dibukanya Pintu Surga
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”
Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang cenderung menjauhi maksiat ketika itu.
Walaupun banyak manusia yang melakukan maksiat dalam kesehariannya, terlihat perubahan dan perbedaan yang jelas bila di bulan Ramadhan. Mereka lebih banyak melakukan amal shalih, meninggalkan maksiat. Kita berdoa, semoga saudara-saudara kita akan terus melakukan ibadah dan perbuatan amal shalih, menjauhi larangan Allah, walau bukan di bulan Ramadhan. Insya Allah.
Dikabulkannya Doa
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila memanjatkan doa pasti dikabulkan.”
Nabi juga bersabda, “Tiga orang yang doanya tidak tertolak adalah orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizhalimi.”
An-Nawawi Rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa dari awal ia berpuasa hingga akhirnya.”
la juga mengatakan, “Disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdoa demi keperluan akhirat dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai, serta jangan lupa pula mendoakan kaum muslimin lainnya.”
Berniat Puasa di Malam Hari
Diwajibkan untuk umat Islam yang akan berpuasa wajib berniat akan menjalankan ibadah puasa pada malam sebelumnya, ketika ia akan berpuasa pada esok harinya. Nabi bersabda, “Barang siapa tidak berniat berpuasa pada malam harinya, tidak sah puasa yang ia lakukan di esok harinya.” (HR Al-Baihaqi dalam Sunannya).
Diriwayatkan pula oleh Imam Malik dalam AI-Muwaththa nya dengan sanad Nafi’ dari Abdullah bin Umar, `Tidak dianggap puasa kecuali yang berniat puasa sebelum terbitnya fajar.” Imam Malik meriwayatkan pula dari Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Aisyah dan Hafshah, yang keduanya adalah istri Nabi, yang menegaskan sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Umar.
Maka bemiat puasa di bulan Ramadhan adalah wajib, dan niat itu haruslah dikuatkan di hati pada malam harinya sebelum terbit fajar. Sehingga tidak sah puasa orang yang belum sempat berniat di malam harinya.
Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah menegaskan dalam AI-Majmu’ Syarh AlMuhadzdzab jilid 6 halaman 305, “Dan madzhab kami menyatakan bahwa tidak sah puasa kecuali dengan niat, baik puasa wajib Ramadhan maupun puasa wajib yang lainnya, maupun puasa sunnah. Dan telah berpendapat demikian segenap ulama kecuali Atha’ dan Mujahid dan Zufar.”
AI-Imam Al-Mawardi Rahimahullah dalam Al Hawi Al Kabir jilid 3 halaman 243 menegaskan, “Imam Syafi’i dan segenap ulama ahli fiqih telah berpendapat tentang wajibnya niat puasa Ramadhan.” Kemudian ia menambahkan, “Karena puasa itu adalah ibadah. Ada yang wajib dan ada yang sunnah. Maka semestinyalah niat itu sebagai syarat sahnya amalan tersebut sebagaimana shalat juga disyaratkan dengan niat untuknya.”
AI-Imam Abul Qasim Abdul Karim bin Muhammad bin Abdul Karim Ar-Rafi’i AlQazwaini Asy-Syafi’i dalam Asy-Syarhul Kabirjilid 3 halaman 183 menyebutkan, “Niat itu wajib dalam menjalankan puasa, dan tidak dianggap sah satu amalan kecuali dengan berniat. Dan tempatnya niat itu adalah hati, dan tidaklah disyaratkan dalam berniat itu dengan melafadzkannya untuk berpuasa, dan ini adalah pendapat yang tidak berselisih padanya para ulama.”
Sahur dan berbuka
Sahur adalah makan dan minum yang disunnahkan terhadap orang yang akan menunaikan puasa, dan lebih utama amalan sahur itu adalah diakhirkan sampai menjelang terbitnya fajar.
Batas waktu waktu sahur yaitu terbitnya fajar di ufuk timur dalam bentuk garis putih kemerah-merahan membentang secara horizontal dari utara ke selatan. Inilah yang dinamakan fajar shadiq. Adapun sejenak sebelum itu, ada pula sinar putih kemerah-merahan di ufuk timur, tetapi sinarnya dari bawah membentang secara vertikal ke atas, yang demikian ini dinamakan fajar kadzib, dan tidak dianggap sebagai batas waktu makan sahur, sehingga orang yang berpuasa tetap boleh makan sahur sampai terbitnya fajar shadiq.
Firman Allah, “Dan makanlah kalian dan minumlah hingga tampak bagi kalian benang putih dari benang hitam dari sinar fajar.” (QS AI-Baqarah: 187).
Dalam kaitannya dengan ayat ini, AlImam AI-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya pada hadits ke-1 .916 sebuah pengalaman yang diceritakan oleh Adi bin Hatim RA sebagai berikut, “Ketika turun ayat yang mengatakan’Dan makanminumlah sehingga menjadi jelas bagi kalian benang berwarna dari benang berwarna hitam’, aku menyiapkan tali berwarna hitam dan tali berwarna putih dan aku letakkan keduanya di bawah bantalku. Dan setiap saat di kegelapan malam aku melihat kepada keduanya untuk melihat batas waktu sahur.
Sehingga, ketika di pagi hari aku bertemu Rasulullah SAW, aku ceritakan kepada beliau apa yang aku lakukan. Maka beliau pun bersabda, menjelaskan kepadaku, `Yang dimaksud di ayat itu sesungguhnya hanyalah hitamnya malam dan putihnya siang’.”
Demikianlah keterangan dari ayat AlQur’an yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Fajar itu mulai terbitnya di ufuk timur adalah dalam bentuk garis tipis seperti benang berwarna putih yang tampak jelas di tengah-tengah warna hitam kelamnya malam. Dan garis itu bertambah tebal terus-menerus. Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan lebih lanjut, “Fajar itu ada dua macam, yaitu fajar jenis pertama bila terbit, maka tidak diharamkan padanya makan dan minum dan tidak dihalalkan shalat Subuh. Dan adapun fajar jenis kedua bila ia terbit, diharamkan makan dan minum dan dihalalkan shalat Subuh.” (HR Al-Baihaqi dalam As Sunanul Kubra jilid 4 halaman 216 dari Ibnu Abbas RA). Fajar jenis pertama dinamakan fajar kadzib dan fajar jenis kedua dinamakan fajar shadiq.
AI-Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan dalam Sunannya sebuah penjelasan dari Nabi Muhammad SAW tentang fajar kadzib dan fajar shadiq dalam kaitannya dengan bersahur. Dari Thalq bin Ali RA, ia meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Makan dan minumlah kalian (dalam sahur kalian). Dan janganlah menghalangi kalian untuk makan dan minum sahur dengan terbitnya sinar di ufuk timur yang membentang ke atas (yakni fajar kadzib), dan teruslah kalian makan dan minum sehingga terbit di hadapan kalian di ufuk timur sinar yang membentang horizontal berwarna merah (yakni fajar shadiq).”
Al-Imam At-Tirmidzi menyatakan, “Hadits ini juga diriwayatkan oleh Adi bin Hatim, Abu Dzar, dan Samurah bin Jundub.” Kemudian AI-Imam At-Tirmidzi menambahkan, “Hadits Thalq bin Ali adalah hadits yang hasan gharib dari sanad ini. Dan pengamalan hadits ini menurut para ulama adalah bahwa tidak haram bagi orang yang akan puasa untuk makan minum di waktu sahur sehingga terbitnya fajar yang berwarna merah membentang secara horizontal di ufuk timur.”
Adapun hikmah disunnahkannya sahur dan dianjurkannya adalah untuk menyelisihi Ahlul Kitab, yakni Yahudi dan Nashara, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim bin Hajjaj AI-Qusyairi An-Nisaburi dalam Shahihnya dari ‘Amr bin Al-’Ash RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahlul Kitab adalah makan sahur.”
Hikmah makan sahur juga karena adanya barakah yang Allah berikan padanya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam AI-Bukhari dalam Shahihnya dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah bersabda, “Bersahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada barakah.”
Sunnah Ramadhan
Puasa wajib bulan Ramadhan yang dijalani umat muslim di seluruh dunia itu bisa menjadi benteng pertahanan diri. Karena tujuan dari puasa itu tak lain adalah demi meningkatkan ketaqwaan dan keimanan. Di samping itu, di bulan Ramadhan Allah juga berjanji akan memberikan pahala yang besar kepada siapa saja yang berbuat kebajikan dan kebaikan.
Wajar jika Ramadhan adalah peluang emas bagi setiap muslim untuk menambah “tabungan” pahala di sisi Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqi dijelaskan bahwa amalan-amalan sunnah pada bulan suci Ramadhan bernilai amalan wajib, sedang amalan wajib senilai 70 amalan wajib di luar bulan Ramadhan.
Maka, bulan Ramadhan adalah peluang terbaik untuk berbuat kebaikan. Sekecil apa pun kebaikan yang ditebarkan, itu bernilai ibadah.
Ada beberapa amalan yang disunnahkan pada bulan penuh maghfirah ini, selain amalan-amalan sunnah yang telah disebut di atas. Di antaranya:
1. Mengkhatamkan Al Quran. Dengan mengingat Ramadhan sebagai bulan Al-Qur’an, umat muslim disunnahkan
untuk mengkhatamkan AI-Qur’an. Dalam sebuah hadist diceritakan, Jibril mendatangi Rasulullah SAW pada tiap malam bulan Ramadhan dan mengajarkannya Al-Qur’an (HR Al-Bukhari dan Muslim).
2. Memberi makanan berbuka kepada mereka yang berpuasa. Sepanjang bulan Ramadhan, umat muslim dianjurkan untuk selalu memberikan ifthar (berbuka) bagi mereka yang berpuasa walaupun hanya seteguk air ataupun sebutir kurma.
3. Memperbanyak sedekah. Termasuk amalan sunnah yang dianjurkan sepanjang bulan Ramadhan adalah memperbanyak sedekah. Karena, “Sebaik-baik sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR AlTirmidzi).
4. I’tikaf. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid untuk beribadah kepada Allah. I’tikaf disunnahkan bagi lakilaki dan perempuan. Rasulullah SAW selalu beri’tikaf terutama pada sepuluh malam terakhir. Aisyah RA berkata, “Bila telah memasuki sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, Nabi menghidupkan malam, membangunkan keluarganya (istrinya), dan meninggalkan istrinya (tidak berhubungan suami-istri).” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
5. Umrah. Ramadhan adalah waktu terbaik untuk melaksanakan ibadah umrah, lantaran umrah di bulan Ramadhan itu memiliki pahala seperti pahala haji, bahkan pahala haji bersama Rasulullah SAW.
6. Memperbanyak membaca doa. Doa seseorang ketika berbuka termasuk salah satu doa yang mustajab. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bagi orang yang berpuasa ketika sedang berbuka, ada doa yang tidak akan ditolak.” (HR Al-Tirmidzi).

Kamis, 24 Juni 2010

Jama’ah Tabligh didirikan pada akhir dekade 1920-an oleh Maulana Muhammad Ilyas Kandhalawi di Mewat, sebuah provinsi diIndia. Nama Jama'ah Tabligh hanyalah merupakan sebutan bagi mereka yang sering menyampaikan, sebenarnya usaha ini tidak mempunyai nama tetapi cukup Islam saja tidak ada yang lain. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini maka akan aku beri nama "gerakan iman". Ilham untuk mengabdikan hidupnya total hanya untuk Islam terjadi ketika Maulana Ilyas melangsungkan Ibadah Haji kedua-nya di Hijaz pada tahun1926.[3]Maulana Ilyas menyerukan slogannya, ‘Aye Musalmano! Musalman bano’ (dalam bahasa Urdu), yang artinya ‘Wahai umat muslim! Jadilah muslim yang kaffah (menunaikan semua rukun dan syari’ah seperti yang dicontohkan Rasulullah)’. Tabligh resminya bukan merupakan kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk menjadi muslim yang menjalankan agamanya, dan hanya satu-satunya gerakan Islam yang tidak memandang asal-usul mahdzab atau aliran pengikutnya.
Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jamaah Tabligh berhasil berjalan di Asia Selatan. Dengan dipimpin oleh Maulana Yusuf, putra Maulana Ilyas sebagai amir/pimpinan yang kedua, gerakan ini mulai mengembangkan aktivitasnya pada tahun 1946, dan dalam waktu 20 tahun, penyebarannya telah mencapai Asia Barat Daya dan Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara. Sekali terbentuk dalam suatu negara, Jamaah Tablih mulai membaur dengan masyarakat lokal. Meskipun negara barat pertama yang berhasil dijangkau Tabligh adalah Amerika Serikat, tapi fokus utama mereka adalah di Britania Raya, mengacu kepada populasi padat orang Asia Selatan disana yang tiba pada tahun 1960-an dan 1970-an.[2]
Jamaah ini mengklaim mereka tidak menerima donasi dana dari manapun untuk menjalankan aktivitasnya. Biaya operasional Tabligh dibiayai sendiri oleh pengikutnya.
Tahun 1978, Liga Muslim Dunia mensubsidi pembangunan Masjid Tabligh di Dewsbury, Inggris, yang kemudian menjadi markas besar Jama’ah Tabligh di Eropa. Pimpinan mereka disebut Amir atau Zamidaar atau Zumindaar.
Ada yang mengatakan bahwa jamaah tabligh adalah penganut khurafat karna katanya kuburan maulana Ilyas di Nizamudin di tawafkan padahal di Nizamudin ada dua masjid yang pertama adalah masjid suatu kelompok yang di dalammya ada kuburan dan yang kedua adalah masjid yang didalamnya jangankan kuburan bahkan tulisan pun bersih dan telah dijadikan pusat penyebaran usaha da'wah Rasulullah Muhammad SAW yang sekarang telah menyebar ke seluruh dunia.
Usaha ini telah merubah banyak kalangan mulai dari orang miskin, kaya, pemulung, pejabat, polisi, tentara, bahkan preman dan pembunuh bayaran.

Pengikut dari kalangan selebritis

Banyak terdapat pengikut Tabligh dari kalangan orang-orang penting dan Ternama. Di Kalangan politisi, ada mantan Presiden Pakistan Rafiq Tarar, Menteri kepala Sindh Dr. Arbab Ghulam Rahim, mantan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif, dan mantan Jendral Pakistan Javed Nasir secara aktif mengikuti kegiatan-kegiatan Tabligh. Di kalangan olahragawan, ada Shahid Afridi, Saqlain Mushtaq, Mushtaq Ahmed, Mohammad Yousuf, Inzamam-ul-Haq dan Saeed Anwar. Penyanyi terkenal seperti Junaid Jamshed dan Abrar-ul-Haq juga aktif dalam gerakan dakwah revolusi Islam ini. Politisi Ijaz-ul-Haq (anak dari Jendral Zia-ul-Haq) have juga terlihat beberapa kali bersama Jamaah Tabligh.
Di Indonesia, Tabligh juga telah menyentuh hati Sakti, personil band Sheila on 7. Pada tahun 2006, dia telah keluar selama empat bulan ke Markas International Tabligh di Nizzamudin, New Delhi, India. Dia telah berhenti bermusik, dan memilih menjalankan amalan amalan maqami dan amalan intiqali dengan sangat intensif.

Aktivitas Dakwah

Markas internasional pusat tabligh adalah di Nizzamudin, India. Kemudian setiap negara juga mempunyai markas pusat nasional, dari markas pusat dibagi markas-markas regional/daerah yang dipimpin oleh seorang Shura. Kemudian dibagi lagi menjadi ratusan markas kecil yang disebut Halaqah. Kegiatan di Halaqah adalah musyawarah mingguan, dan sebulan sekali mereka khuruj selama tiga hari. Khuruj adalah meluangkan waktu untuk secara total berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang Amir. Orang yang khuruj tidak boleh meninggalkan masjid tanpa seizin Amir khuruj. Tapi para karyawan diperbolehkan tetap bekerja, dan langsung mengikuti kegiatan sepulang kerja.
Sewaktu khuruj, kegiatan diisi dengan ta'lim (membaca hadits atau kisah sahabat, biasanya dari kitab Fadhail Amal karya Maulana Zakaria), jaulah (mengunjungi rumah-rumah di sekitar masjid tempat khuruj dengan tujuan mengajak kembali pada Islam yang kaffah), bayan, mudzakarah (menghafal) 6 sifat sahabat, karkuzari (memberi laporan harian pada amir), dan musyawarah. Selama masa khuruj, mereka tidur di masjid.
Aktivitas Markas Regional adalah sama, khuruj, namun biasanya hanya menangani khuruj dalam jangka waktu 40 hari atau 4 bulan saja. Selain itu mereka juga mengadakan malam Ijtima' (berkumpul), dimana dalam Ijtima' akan diisi dengan Bayan (ceramah agama) oleh para ulama atau tamu dari luar negeri yang sedang khuruj disana, dan juga ta'lim wa ta'alum.
Setahun sekali, digelar Ijtima' umum di markas nasional pusat, yang biasanya dihadiri oleh puluhan ribu umat muslim dari seluruh pelosok daerah. Bagi umat muslim yang mampu, mereka diharapkan untuk khuruj ke poros markas pusat (India-Pakistan-Bangladesh/IPB) untuk melihat suasana keagamaan yang kuat yang mempertebal iman mereka.

Asas 6 Sifat

1. Yakin terhadap kalimat Thoyyibah Laa ilaaha ilallah Muhammadur rasulullah.
  • Artinya: Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.
  • Laa ilaaha ilallah
    • Maksudnya: Mengeluarkan keyakinan pada makhluk dari dalam hati dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah di dalam hati.
    • cara mendapatkannya:
      • dakwahkan pentingnya iman
      • latihan dengan membentuk halakah iman
      • berdoa kepada Allah agar diberi hakikat iman.
  • Muhammadar rasulullah
    • Maksudnya: Mengakui bahwa satu-satunya jalan hidup untuk mendapatkan kejayaan dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti cara hidup Rasulullah s.a.w.
    • cara mendapatkannya:
      • dakwahkan pentingnya sunnah rasulullah
      • latihan dengan menghidupkan sunnah 1x24 jam setiap hari
      • berdoa kepada Allah agar dapat mengikuti sunnah rasulullah.
2. Shalat khusyu' dan khudu'.
  • Artinya: Shalat dengan konsentrasi batin dan rendah diri dengan mengikuti cara yang dicontohkan Rasulullah.
  • Maksudnya: Membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah dalam shalat kedalam kehidupan sehari-hari.
  • cara mendapatkannya:
    • dakwahkan pentingnya sholat khusyu' wal khudu'
    • latihan dengan memperbaiki zhahir dan bathinnya sholat mulai dari wudhu, ruku', gerakan serta bacaan2 dalam sholat
    • berdoa kepada Allah agar diberi hakikat sholat khusyu' dan khudu'.
3. Ilmu ma'adz dzikr
  • Ilmu
    • Artinya: Semua petunjuk yang datang dari Allah melalui Baginda Rasulullah.
  • Dzikir
    • Artinya: Mengingat Allah sebagaimana Agungnya Allah.
    • Maksudnya Ilmu ma'adz dzikr:
Melaksanakan perintah Allah dalam setiap saat dan keadaan dengan menghadirkan ke-Agungan Allah mengikuti cara Rasulullah.
4. Ikramul Muslimin
  • Artinya: Memuliakan sesama Muslim.
  • Maksudnya: Menunaikan kewajiban pada sesama muslim tanpa menuntut hak kita ditunaikannya.
  • cara mendapatkannya:
    • dakwahkan pentingnya ikramul muslimin
    • latihan dengan memberi salam kepada orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal menghormati yang tua, menghargai yang sesama, menyayangi yang muda.
    • berdoa kepada Allah agar diberi hakikat ikrakul muslimin.
5. Tashihun Niyah
  • Artinya:
Membersihkan niat.
  • Maksudnya:
Membersihkan niat dalam beramal, semata-mata karena Allah.
  • cara mendapatkannya:
    • dakwahkan pentingnya tashihun niyah
    • latihan dengan mengoreksi niat sebelum, saat dan setelah beramal.
    • berdoa kepada Allah agar diberi hakikat tashihun niat.
6. Dakwah dan tabligh khuruj fii sabiilillah
  • Dakwah
    • Artinya: Mengajak
  • Tabligh
    • Artinya: Menyampaikan
      • Maksudnya:
        • Memperbaiki diri, yaitu menggunakan diri, harta, dan waktu seperti yang diperintahkan Allah.
        • Menghidupkan agama pada diri sendiri dan manusia di seluruh alam dengan menggunakan harta dan diri mereka.
      • cara mendapatkannya :
        • dakwahkan pentingnya da'wah wat tabligh.
        • latihan dengan keluar di jalan Allah minimal 4 bulan seumur hidup, 40 hari setiap tahun dan 3 hari setiap bulan. kita tingkatkan pengorbanan dengan keluar 4 bulan setiap tahun, 10 hari setiap bulan dan 8 jam setiap hari.(ulama 1 tahun seumur hidup)
        bagaimana teman2 kita bljar 3 hari untuk memperbaiki diri kita ...... stelah itu bru 40 hari???

Senin, 10 Mei 2010

Kekuatan Fitrah Menghadapi Ujian Zaman...

Bentuk kesabaran yang keempat adalah senantiasa menjadikan doa dan tawakal sebagai benteng penjaga eksisitensi umat. Dinatara sikap dan ajaran yang diperintahkan Allah dan dilaksanakan oleh Rasulullah Saw dan kaum muslimin adalah sikap berdoa memohon pertolongan Allah, Dzat Yang Maha Kaya, Maha Kuasa dan Maha Bijaksana,serta sepenuhnya bertawakal diri (berserah diri) atas ketentuan terbaik yang kaan didapatkan mereka dari Allah Swt. Inilah yang dilakukan Rasulullah Saw dan kaum muslimin dalam berbagai peristiwa penindasan yang dialami mereka, termasuk dalam masa pemboikotan yang memakan waktu tiga tahun itu.

Dalam konteks kekinian, seringkali karena kekalutan yang demikian akut seseorang atas sekelompok orang tidak lagi merasa penting berdoa dan berserah diri kepada Allah. Tetapi dalam upaya mencari solusi krisis yang menimpa dirinya, ia justru meminta tolong dan berserah diri kepada selain Allah, yang justru semakin menghisabnya ke dalam pusaran krisis yang tidak berujung. Hendaknya kaum muslimin Indonesia menyadari bahwa Allah adalah Zat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, sehingga kita tidak hanya mengandalkan ikhtiyar-ikhtiyar kemanusiaan dan melupakan peran Allah Swt sebagai penentu. Rasulullah Saw seorang tokoh yang telah sukses mengantarkan umatnya keluar krisis itulah yang justru mengajarkan tentang pentingnya sikap berdoa dan bertawakal yang menandakan akan adanya sikap tawadhu, tahu diri dan penuh harapan kepada Zat Yang Maha Segala-galanya, yaitu Allah Swt.

Sekali lagi umat Islam Indonesia harus percaya diri dengan panduan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang mereka miliki. Apalagi kita baru saja menyelesaikan ibadah puasa satu bulan lamanya, dimana di dalamnya kita biasakan untuk menginternalisasi secara efektif terhadap prinsip-pinsip kesabaran di atas. Kesadaran peran itu juga ditempa melalui berbagai akfitas kepedulian sosial termasuk dalam bentuk membayar zakat, sedekah, memakmurkan masjid, dan interaksi intensif dengan Al-Qur’an.

Inilah kondisi fitrah yang merupakan jati diri setiap umat Islam. Ia mungkin terkotori oleh berbagai sikap menyimpang, akan tetapi interaksi intensif dengan aktifitas satu bulan Ramadhan itulah yang kiranya mengembalikan kita kepada fitrah. Fitrah yang begitu kokoh untuk kita jadikan sebagai pijakan penting untuk memberi kontribusi dan amal soleh bagi solusi problematika umat dan bangsa. Kita perlu terus menggelorakan semangat ini, sebab kita sadar bahwa keselamatan umat Islam berarti keselamatan bangsa ini. Sebaliknya keterpurukan umat Islam pasti akan membawa kehancuran bangsa ini.

Senin, 03 Mei 2010

Dari Mu'adz bin Jabal R.A, ia berkata, "Pernah aku bersama
Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan. Pada suatu hari aku dekat
sekali dengan beliau kala kami sama-sama menapakan kaki. Aku ber-
kata,
"Wahai Rasulullah, beritahulah aku tentang sesuatu perbuat
an yang dapat menghantarkan aku masuk surga dan menjauhkan diriku
dari neraka."
Beliau bersabda,"Kamu telah bertanya tentang sesuatu yang
besar. Hal itu sangat mudah badi orang yang dimudahkan Allah bagi
nya. Hendaklah kamu menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya de-
ngan suatu apapun, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan, dan menunaikan haji di Baitul Haram."
Kemudian beliau melanjutkan lagi,"Maukah kamu kutunjukkan
pintu-pintu kebaikan?"
"Baik ya Rasulullah," kataku.
Beliau bersabda,"Puasa adalah surga. Shadaqah dapat mema-
damkan kesalahan sebagaimana air yang memadamkan api. Shalat yang
didirikan seseorang di tengah malam adalah syi'ar orang-orang sha-
leh." Lalu beliau membaca ayat Al-Qur'an:
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka
berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka
menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seo-
rang pun tidak mengetahui apa yang di sembunyikan untuk mereka, ya
itu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata seba-
gai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjaka ."
Beliau bersabda lagi,"Maukah kamu kuberitahu tentang pang-
kal masalah, tonggak, dan yang paling tinggi kedudukannya?"
"Baiklah ya Rasulullah," kataku.
"Pangkal masalah adalah Islam. Tonggaknya adalah shalat,
dan yang paling tinggi kedudukannya adalah jihad."
"Maukah kamu kuberitahu sendi dari semua itu?"
"Tahanlah ini atas dirimu," sabda beliau sambil menunjuk
lidah.
"Wahai Rasulullah, bagaimana kita dapat melakukannya pada-
hal kita berbicara dengan lidah?," kataku.
"Wahai Mu'adz, ibumu akan bersedih karena kematianmu. Apa-
kah manusia menjerumuskan wajahnya ke dalam api atau berkata de-
ngan dengusan hidungnya kecuali diakibatkan oleh lidahnya?"

Jumat, 23 April 2010

Mengenai Saya

Foto saya
baex,suka menolong, ramah kepad semua orang